Komunitas berada langsung di lapangan, sehingga menjadi salah satu penggerak yang terjun langsung di lapangan pada industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Karena alasan ini lah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) membentuk Generasi Pesona Indonesia (Genpi) pada tahun 2016 lalu.
Genpi adalah sebuah wadah untuk menjaring komunitas dalam upaya mendorong pariwisata dan ekonomi kreatif dari lingkup yang terkecil di seluruh Indonesia.
Baca juga:
* Menparekraf Ajak Genpi Rangkul Komunitas Kampanyekan Wisata #DiIndonesiaAja
Dilansir kemenparekraf.go.id, (28/04/2022), Ketua Umum GenPI Siti Chotijah mengatakan, Genpi terbentuk atas dasar semangat dari komunitas di daerah yang ingin memberikan kontribusi terhadap perkembangan pariwisata, khususnya dalam bidang promosi.
“Genpi terinspirasi dari kesuksesan teman-teman komunitas Wonderful Lombok – Sumbawa dalam melakukan percepatan pariwisata halal di Lombok. Dengan keberhasilan tersebut, kemudian kami mengusulkan agar membentuk sebuah wadah komunitas yang tersebar di berbagai provinsi. Akhirnya pada 2018, Genpi resmi hadir di 34 provinsi dan di 212 kabupaten,” Siti Chotijah menuturkan.
Komunitas Genpi fokus pada promosi media online, khususnya media sosial. Serta menjalankan program Go Digital.
Siti menjelaskan, Go Digital sedang menjadi tren atau program utama yang menarik untuk mengakselerasi program pariwisata dan digital. Hampir 70% kegiatan dan program Genpi dilakukan secara online dengan memanfaatkan media sosial.
Peran Genpi, sejak 2016, di dunia pariwisata di Indonesia sangat besar. Misalnya, Genpi turut mendukung Indonesia dalam berbagai kompetisi internasional, seperti World Halal Tourism, video competition untuk UNWTO, ajang pemilihan Bali sebagai The Best Island In The World, dan masih banyak lagi.
Dalam rentang tahun 2016 hingga 2019, setidaknya ada 48 penghargaan yang diraih oleh Indonesia. Siti mengklaim bahwa Genpi selalu ada dalam pencapaian tersebut sebagai supporting-system melalui kanal media sosial. Dikatakannya, saat itu Genpi memiliki 18 ribu member untuk voting dan promosi event atau kampanye pariwisata.
“Genpi adalah komunitas yang digerakan oleh para anggotanya yang melakukan aktivitas di media sosial. Semangat yang dibawa adalah volunteerism. Dukungan yang dilakukan oleh Genpi adalah dengan melakukan sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk aktif berpartisipasi.” Kata Siti.
“Selain itu, Genpi juga melakukan coverage issue ketika ada isu miring terkait pariwisata di Indonesia. Peran Genpi adalah membantu mengkomunikasikan apa saja upaya pihak terkait dalam menangani isu tersebut,” ujarnya.
Selain dengan para komunitas yang bergerak di bidang pariwisata, Genpi juga menjalin kerjasama dan memiliki jejaring lokal dan internasional yang luas. Seperti DESMA Center dan ASEAN Centre of Biodiversity (ACB).
Baca juga:
* Menparekraf Dampingi Presiden Tinjau Pantai Bebas Parapat Danau Toba
Sementara dari sisi pengembangan media sosial, Genpi juga membangun jejaring online dengan mengandalkan aset digital sebagai bagian dari komunitas pariwisata.
Siti Chotijah pun meyakinkan bahwa baru kmonuitas GenPI yang memiliki banyak akun yang aktif mempromosikan pariwisata Indonesia.
“Saya berani jamin, tidak ada yang punya akun sebanyak dan sebesar Genpi di bidang promosi pariwisata. Aset digital milik Genpi adalah aset terbesar yang dimiliki oleh komunitas yang bergerak di dunia pariwisata.” Katanya.
“Ini adalah salah satu capaian Genpi. Dan saya berharap agar aset digital ini bisa dimanfaatkan oleh para stakeholder lain agar bisa membentuk kolaborasi untuk mempromosikan sektor pariwisata di Indonesia dengan lebih baik lagi,” jelas Siti.
Genpi, selain dukungan secara digital, juga turut hadir dalam berbagai gelaran event daerah. Baik itu event yang masuk ke dalam calendar of event nasional maupun event tingkat daerah.
Tidak hanya mempromosikan lewat sosial media saja, tapi Genpi juga terlibat dalam pelaksanaan event daerah.
Target Genpi, Siti mengungkapkan, lebih kepada keberhasilan di berbagai daerah. Serta bisa memberikan pendampingan secara total. Baik yang bersifar ekonomi kreatif atau destinasi pariwisata berbasis desa wisata.
“Jadi untuk sisi promosi, Genpi juga bekerja sama dengan sejumlah stakeholder pariwisata. Bukan hanya pentahelix, tapi juga hexahelix. Kami juga bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah dan berbagai kementerian yang memiliki program di bidang pariwisata.” paparnya.
“Kami juga bekerja sama dengan asosiasi dan komunitas, teman-teman di desa wisata, serta akademisi,” tutur Siti.
Bicara tentang komunitas, Kemenparekraf juga mempunyai program yang mempertemukan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan komunitas-komunitas yang aktif di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Kolaborasi ini kemudian memunculkan program ‘Nemuin Komunitas’ atau ‘Netas’. Program ini memungkinkan para perwakilan komunitas dari seluruh Indonesia, mitra, dan masyarakat umum untuk berbagi secara langsung dengan Mas Menteri Sandiaga Uno.
“Netas adalah sebuah kegiatan interaksi langsung antara Menparekraf dengan perwakilan masyarakat, yaitu komunitas, untuk membangun relasi agar dapat melahirkan solusi dari masalah yang terjadi di lapangan. Sehingga program inovasi, adaptasi, dan kolaborasi bisa terlaksana dengan lebih maksimal.” kata Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf I Gusti Ayu Dewi Hendriyani.
“Dari kegiatan Netas, diharapkan lahir gagasan-gagasan kreatif serta kolaborasi antar unsur pentahelix pariwisata, khususnya dari komunitas,” Imbuh Dewi.
Netas, diakui Dewi, selalu berusaha untuk menggerakan ekonomi lokal. Seperti yang diadakan di Magelang dan Kulonprogo. Dalam acara Netas di 2 daerah tersebut, pelaku UMKM lokal diundang untuk memasarkan produk yang mereka buat. Seperti batik, mainan daur ulang, kerajinan tangan, bubuk kopi, dan keripik.
“Netas merupakan salah satu upaya Kemenparekraf untuk mempromosikan potensi pariwisata dan memaksimalkan kekuatan komunitas.” Ujar Dewi.
“Saat ini, Netas sudah 5 kali diadakan sepanjang periode 2021-2022. Yaitu di Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Sleman, Magelang, Kota Manado, dan Danau Toba.” ia menambahkan.
“Kami mengadakan Netas di tempat-tempat yang terkait dengan kebijakan Kemenparekraf, seperti di desa wisata atau tempat-tempat yang sedang viral,” jelas Dewi.
Dalam setiap kegiatan Netas paling tidak dihadiri oleh 30-40 orang perwakilan dari beberapa komunitas. Tema yang diusung pun berbeda-beda di setiap pelaksanaanya. Namun tetap dalam koridor kebijakan atau program yang sedang digaungkan oleh Kemenparekraf.
“Beberapa tema yang pernah diangkat yaitu sosialisasi CHSE standar toilet bersih, geber, gercep dan gaspol, Genpi, komunitas, produk lokal dan ekonomi digital, dan promosi program Kamu Aku,” ujar Dewi.
Lebih lanjut, Dewi menjabarkan bahwa Netas bertujuan untuk mensosialisasikan program Kemenparekraf melalui komunitas. Selain itu, Netas akan mempermudah terwujudnya kerjasama secara langsung dengan komunitas di seluruh Indonesia.
Baca juga:
* Tuntaskan Java Series, ‘Jalin Komunitas’ Tebar Semangat #diindonesiaaja
Bahkan saat Covid-19 melanda, Netas turut mengajak komunitas agar mampu melawan tekanan akibat pandemi untuk membangkitkan pariwisata Indonesia.
“Netas mengajak komunitas untuk berperan aktif dalam mendukung program Kemenparekraf, seperti Bangga Buatan Indonesia dan #BeliKreatifLokal agar industri kreatif dapat menjadi penggerak dalam upaya pemulihan ekonomi nasional,” ucap Dewi.