Kota Cirebon menjadi titik kumpul pelaksanaan Smiling West Java Famtrip tahun 2023. Sebagai lokasi pembuka, para peserta Smiling West Java Famtrip diajak untuk mengunjungi beberapa destinasi yang memiliki nilai sejarah di dalam Kota Cirebon. Destinasi destinasi yang dikunjungi adalah Walking Tour Kota Tua dan Vihara Welas Asih, Museum Keraton Kasepuhan Cirebon, Kampung Batik Trusmi dan Goa Sunyaragi.
Diawali dengan kunjungan ke Vihara Welas Asih, para peserta famtrip diajak untuk melihat salah satu simbol keberagaman beragama di Kota Cirebon. Vihara Welas Asih dipercaya telah berdiri selama ratusan tahun dan hingga saat ini telah beberapa kali mengalami renovasi atau peremajaan. Di Vihara ini juga dipajang sebuah Jangkar Kapal yang dipercaya merupakan jangkar kapal milik Laksamana Cheng Ho yang pernah melabuhkan kapalnya di perairan Cirebon, dan hingga saat ini diakui masyarakat sebagai salah satu cara masuknya islam ke tanah air khususnya Kota Cirebon.
Selanjutnya para peserta famtrip berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon, sebuah Keraton yang merupakan sebuah saksi peninggalan dari jaman Sunan Gunung Jati. Keraton Kasepuhan memiliki arsitektur yang masih sangat erat dengan bangunan kerajaan kerajaan jaman dulu dan juga sentuhan Belanda yang kala itu pernah menjajah nusantara.
Tidak hanya dapat melihat bangunan yang masih memiliki arsitektur yang otentik, namun Keraton Kasepuhan juga memiliki sebuah Museum dengan koleksi yang sangat lengkap dan cerita cerita yang dapat mengajak para pengunjungnya untuk terbenam dalam balutan sejarah. Peninggalan barang barang kerajaan menjadi salah satu benda yang dipamerkan di museum ini. Seperti senjata, baju perang, tulisan dan buku kuno, hingga kereta kencana yang pernah digunakan oleh Sunan Gunung Jati di masa lalu.
Benda-benda peninggalan yang masih rapi tersimpan di museum ini sangat menarik perhatian rombongan Genpi yang terlibat dalam Smiling West Java Famtrip. Matulla salah satu member Genpi yang berasal dari Jawa Timur, mengapresiasi pihak pengelola yang masih menyimpan benda-benda yang ada serta masih mempelajari cerita-cerita sejarah serta nilai yang terkandung di dalamnya.
“Saya tentunya sangat mengapresiasi para pengelola yang telah membuat museum ini, sehingga masyarakat juga dapat melihat benda-benda yang menarik ini. Terlebih para pengelola juga memahami dengan baik cerita serta nilai sejarah di dalamnya”, ucap Matulla.
Museum Keraton Kasepuhan Cirebon ini juga dapat dikunjungi oleh masyarakat secara umum baik di hari biasa maupun di akhir pekan. Tiket atau biaya kunjungan relatif terjangkau yaitu sekitar 10 ribu – 15 ribu per lokasi atau bisa juga membeli tiket terusan sekitar 40 ribu – 50 ribu untuk dapat mengunjungi seluruh area Keraton Kasepuhan Cirebon.
Dari Keraton Kasepuhan, para peserta Famtrip bertolak ke Kampung Batik Trusmi. Sebuah kampung yang sangat terkenal di Kota Cirebon karena di kampung inilah para pengrajin Batik Tulis dapat dengan mudah ditemukan. Di Kampung Batik Trusmi ini para peserta famtrip diajak untuk melihat bagaimana proses pembuatan Batik Tulis dimulai dari pembuatan sketsa gambar, proses pewarnaan, hingga akhirnya menjadi sebuah kain batik uang utuh dan siap digunakan.
Di Kampung Batik Trusmi juga terdapay sebuah pusat perbelanjaan yang lengkap jika ingin mencari batik, jajanan atau souvenir lainnya yang khas dari Cirebon.
Sebagai destinasi penutup di hari pertama Smiling West Java Famtrip, para peserta berkunjung ke Goa Sunyaragi. Goa Sunyaragi pada jaman dulu disebut juga Guha Sunyaragi dan secara perlahan penamaannya berubah menjadi Goa Sunyaragi. Goa Sunyaragi merupakan goa buatan yang pada jaman dulu merupakan tempat bermeditasi bagi keluarga-keluarga Keraton.
Goa Sunyaragi saat ini memiliki 10 goa yang terdiri dari beberapa bagian dan memiliki cerita masing-masing. Jika jaman dulu goa ini sangat sakral dan hanya dapat dikunjungi oleh keluarga keraton, saat ini goa ini telah menjadi destinasi wisata dan termasuk salah satu favorit wisatawan maupun warga sekitar.
Serangkaian kunjungan di hari pertama di Kota Cirebon membuat rombongan Genpi takjub dengan kekuatan wisata sejarah di Kota Cirebon, seperti hang diakui oleh Viki.
“Seharian ini sangat menarik, karena cerita-cerita sejarah yang disajikan sangat berkesinambungan. Ketika di Vihara kita melihat ada sebuah jangkar yang dipercaya milik Laksamana Cheng Ho, dan ketika di Keraton juga diceritakan bagaimana adanya peran dari Laksamana Cheng Ho dalam persebaran islam di Cirebon. Cerita-cerita yang ada saling menguatkan satu sama lain”, ungkap Viki.