
Museum berjalan milik Tuan Aan Darmujianto Peninggalan Perang Dunia Ke-II. Om Aan Garmujianto dan Om Harfi bersama dua Jeep Willysnya menjelajah timur Indonesia demi menemukan cerita jejak Peninggalan Perang Dunia Ke-II (19/10/22). Sudah sekian lama keinginan dua parubaya ini untuk bisa sampai di Morotai. Dengan mendengar cerita, membaca membuat penasaran untuk ke Morotai.
Morotai adalah pulau kecil yang menyimpan sejarah perang dunia ke II yang masih terlihat bekasnya. Perang dunia Ke II adalah sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan banyak sekali negara di dunia termasuk semua kekuatan besar yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan.
Pertempuran dimulai ketika tentara Amerika Serikat dan Australia mendarat di Morotai bagian barat daya. Basis di Morotai dibutuhkan untuk membebaskan Filipina.
Tidak bisa dimungkiri adanya kejadian itu menyisakan jejak-jejak sejarah tersendiri. Berbagai barang, senjata, dan situs-situs penting menjadi saksi bisu pertempuran besar tersebut. Sampai saat ini kepingan-kepingan memori Perang Dunia II itu masih terus dikumpulkan secara perlahan oleh seorang pemuda yang dengan ikhlas mengumpulkan dan mengoleksi benda-benda ini.
Dia lah Muhlis Eso yang membuat Om Aan dan Om Harfi jauh-jauh melakukan perjalanan dari Jakarta sampai morotai, dengan penasaran sama Muhlis Eso yang selama kurang lebih 30 tahun ini masih terus mengumpulkan barang-barang peninggalan perang dunia ke II lalu di museumkan dirumahnya sendiri.
Om Aan menyampaikan, Jeep Willys yang di tumpangi dari Jakarta ini adalah Jeep Willys yang Kembali Ke Kampung Halamannya, seperti Museum Berjalan baginya. Tak hanya Mobil Jeepnya tapi berbagai benda yang berada di dalam jeep yang di koleksinya terdapat benda-benda peninggalan perang dunia ke II di antaranya senapan, radio, sekop, helm, pakaian, pisau, rantai dan masih banyak lagi.
Morotai adalah Museum terbesar di dunia. Harapan Om Aan kepada Muhlis Eso, harus ada penerus yang menjaga dan merawat barang sejarah yang sangat bernilai tinggi ini, semua barang ini jangan sampai jatuh ke tangan orang yang salah akan tetapi terus berada di museum swadayanya.
(Sumber: at.bahnan)