Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lombok Tengah menggelar tradisi peresean atau adu ketangkasan. Kegiatan ini merupakan acara menjelang acara puncak Bau Nyale.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lombok Tengah, Lendek Jayadi, mengatakan gelaran peresean itu juga dalam rangka menyambut agenda MotoGP Mandalika 2022.
Baca juga:
* Mengolah Media Value MotoGP Mandalika Menjadi Economic Value Bagi Masyarakat Lokal
Yang sekaligus menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya dan promosi kekayaan seni budaya masyarakat adat Suku Sasak.
“Event itu, diharapkan bisa memberikan hiburan bagi masyarakat dan wisatawan yang ada di Mandalika sampai menjelang puncak perayaan Bau Nyale mendatang.” kata Lendek, Jumat (18/02/2022).
“Ini juga ajang promosi budaya terutama sebagai side event MotoGP Mandalika Maret 2022 mendatang,” imbuhnya.
Puncak acara Bau Nyale, Kata Lendek, akan diselenggarakan pada tanggal 20-21 Februari 2022.
Namun rangkaian acara festival ini sudah dimulai sejak 17 Februari 2022. Termasuk tradisi khas Suku Sasak yaitu peresean.
Acara peresean ini dilaksanakan di Pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Lokasinya tepat berada di sebelah Barat Sirkuit Mandalika.
Untuk diketahui, Peresean adalah tradisi semacam seni bela diri dalam adu ketangkasan antarpepadu atau petarung Suku Sasak.
Tradisi itu, dilakukan dengan menggunakan penjalin, terbuat dari rotan yang dibaluri aspal hitam. Dicampur dalam aspal hitam tersebut, pecahan beling yang diikat dengan benang bola warna putih.
Penjalin digunakan sebagai alat untuk saling memukul. Ukuran panjang penjalin sekitar 1,5 meter.
Sedangkan perisai digunakan untuk menepis pukulan lawan disebut ende. Ende terbuat dari kulit sapi berbentuk segi empat. Ukurannya sekitar 40 x 60 centimeter.
Pertunjukan peresean dilangsungkan di tengah arena dengan diiringi musik bernuansa perang. Pepadu yang hadir dalam gelaran ini adalah pepadu pilihan se-Pulau Lombok.
Ratusan penonton tampak antusias menyaksikan adu ketangkasan peresean ini. Musik perang yang dimainkan pun menambah semarak tradisi adu ketangkasan masyarakat Suku Sasak tersebut.